
Jururejo.desa.id, Ngawi – Pemerintah Desa Jururejo, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, meluncurkan sebuah program inovatif bertajuk GEMBALA (Gerakan Mandiri Ternak Kambing Lokal) sebagai langkah nyata dalam pengembangan sektor peternakan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan meningkatkan produksi ternak sekaligus mendukung ketahanan pangan dan perekonomian warga secara berkelanjutan.
Program GEMBALA merupakan bagian dari Rencana Kerja Pemerintah Desa dan Rencana Anggaran Biaya Tahun Anggaran 2024 pada bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya sub bidang pertanian dan peternakan. Melalui program ini, pemerintah Desa menargetkan peningkatan kapasitas peternak kambing lokal dengan pendekatan mandiri dan komunitas.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga menjadi pelaku aktif dalam produksi peternakan. Ternak kambing lokal memiliki potensi besar untuk dikembangkan di desa,” ujar Kepala Desa Jururejo, Andri Wika Cahyono.
Peternakan kambing dinilai memiliki prospek cerah di wilayah pedesaan. Selain berkontribusi pada ketahanan pangan, usaha ini mampu menambah penghasilan rumah tangga, menyediakan lapangan kerja baru, dan menciptakan kemandirian ekonomi warga. Namun, kendala seperti keterbatasan modal, akses pasar, dan pengetahuan teknis masih menjadi tantangan utama.
Menurut data program GEMBALA, jumlah kambing yang mulai dikembangkan di Desa Jururejo saat ini mencapai 30 ekor. Tahapan awal dilakukan secara sistematis, mulai dari pemilihan lokasi kandang, pembangunan pagar pembatas, pemilihan bibit kambing berkualitas, hingga penyediaan pakan yang memadai dari potensi desa.
“Alasan kami memilih kambing karena mudah dipelihara, pakannya melimpah, dan nilai jualnya tinggi terutama menjelang Idul Adha. Selain itu, kotorannya juga bisa dijadikan pupuk organik untuk pertanian,” tambah Andri.
Dalam teknis budidaya, para peternak diarahkan untuk memilih bibit kambing yang berusia 5–6 bulan, bertubuh sehat, leher besar dan bergelambir, serta punggung datar. Langkah berikutnya meliputi pembangunan kandang yang aman dan nyaman serta pengaturan pemberian pakan dan pengontrolan kesehatan.
Selain sebagai sumber protein hewani, ternak kambing juga dianggap sebagai “tabungan hidup” karena dapat dijual sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Anakan jantan bisa dijual saat musim kurban, sedangkan anakan betina dipelihara untuk regenerasi dan pengembangan populasi kambing lokal di desa.
“Dengan ukuran kandang terbatas pun, kambing dapat dikelola secara efisien. Hal ini memudahkan peternak dalam pemberian pakan dan pemantauan kesehatan,” ujar salah satu peternak, Bapak Suyatno, warga Dusun Pandansari .
Potensi Desa Jururejo sebagai daerah pertanian dinilai sangat mendukung program ini. Banyaknya lahan kosong dan sumber pakan alami seperti daun-daunan menjadi modal utama. Bahkan saat ini, masyarakat mulai membudidayakan daun Papua sebagai pakan tambahan kambing di lahan desa yang belum dimanfaatkan.
Diharapkan melalui GEMBALA, minat masyarakat terhadap peternakan kambing lokal akan terus meningkat. Tidak hanya sebagai alternatif penghasilan tambahan, tetapi juga sebagai bagian dari transformasi ekonomi pedesaan yang berkelanjutan dan mandiri.
“Dengan penguatan di sektor peternakan seperti ini, kami berharap taraf hidup masyarakat Desa Jururejo akan semakin meningkat,” tutup Andri Wika

